Minggu, 20 Januari 2013

Amati harga obat

Ibu, ketika ibu membeli obat di apotek atau menerima obat yang diberikan oleh dokter apa yang ibu perhatikan? Mungkin kandungan, komposisi, kadaluarsa, efeksamping dansebagainya label informasi dalam kemasan obat yang memang sudah memiliki ketententuan baku harus memuat berbagai informasi tentang obat tersebut. Tapi bagi saya ibu rumah tangga informasi yang tak kalah pentingnya yaitu label HET... (Harga Eceran Tertinggi). Karena berdasarkan pengalaman bekerja sebelumya. Saya tahu kalau HET adalah patokan baku harga yang harus dipatuhi. Karena industri obat mejual obatnya hampir setengahnya dari harga HET yang tertera tetapi kenapa mungkin bukan saya saja yang mendapati harga obat lebih tinggi dari etiket HETnya. Tak banyak juga yang tahu tentang informasi tersebut. Sering saya komplain penjual obat, "kenapa harganya segitu? ini tertera di HETnya segini?" dan penjualnya bilang ini harga yang saya beli dari sananya mba. #%@????? saya bilang "maaf mas, mas yang bodoh atau mas memang mau membodohi saya? mas yang bodoh kalau mas beli obat ini dari produsennya dengan harga segini"

Ya perdebatan itu memang pernah terjadi. Saat itu saya mengunjungi klinik yang menyediakan dokter spesialis THT untuk memeriksakan benjolan ditelinga anak saya. Aneh saya rasa karena selama proses pemeriksaan anak saya, mas sekertarisnya ikut menyimak didalam ruang periksa. Begitu saya selesai konsultasi dengan dokter dan diberi kertas resep, dipintu keluar kertas resep saya diminta oleh petugas tersebut dan langsung dia berikan kepelayan apoteknya. Nama anak saya dipanggil dan saya menghampiri meja apotek. "biaya pemeriksaan 70rb bu" saya kasih uangnya. dia bilang lagi "obatnya 245rb bu", saya bayar lagi dan baru kemudian dia siapkan. setelah menunggu saya kembali dipanggil dan diberi 3 jenis obat beserta aturannya. Iseng saya intip kertas label dan menengok ketiga HETnya dengan yang kalau dijumlahkan cuma sekitar 150rban. terjadilah perdebatan diatas. Saya gak mau panjang lebar dengan Mas-masnya setelah kalimat terakhir diatas tadi saya langsung pergi. Saya bukan tak mampu bayar semua ibu pasti mengusahakan ingin yang terbaik untuk anaknya. Atau siapapun yang pergi berobat pasti mengidamkan kesembuhan. Tapi kenapa ada oknum-oknum seperti itu yang benar-benar memanfaatkan penderitaan dan rasa sakit orang lain. Kesal sekali rasanya. Mengingat kakek renta yang ditemani cucu laki-laki ABG yang terlihat tidak begitu memperhatikan kakeknya yang memilki gangguan pendengaran yang tadi menunggu obat juga, mengeluarkan tumpukan uang receh ribuan sambil bilang "bisa separuh dulu obatnya?". Marah rasanya mengetahui ternyata ini yang dia lakukan pada kakek tadi. Saya pergi sambil hati menghujat mereka dengan berbagai kata-kata yang tak diucapkan dengan jelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar